Juventus terus berupaya menemukan kembali ketajaman di lini depan setelah melewati periode yang membuat frustrasi.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5348217/original/023747500_1757803800-AP25256710850102.jpg)
LintasFakta.info – Juventus terus berupaya menemukan kembali ketajaman di lini depan setelah melewati periode yang membuat frustrasi. Sepanjang musim ini, para penyerang mereka gagal memberikan kontribusi maksimal meski skuad Bianconeri di atas kertas termasuk salah satu yang paling berbakat di Serie A.
Di bawah arahan Igor Tudor, Juventus kerap melakukan perubahan dalam susunan lini serang demi menemukan formula terbaik. Sang pelatih bergantian menurunkan para strikernya dengan harapan ada satu pemain yang mampu menjadi ujung tombak efektif. Akan tetapi, terobosan yang diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya, masa kerja Tudor pun berakhir setelah Juventus gagal mencetak gol dalam empat pertandingan beruntun.
Masalah utama Juventus tampak sederhana tetapi krusial: siapa yang bisa diandalkan untuk mencetak gol secara konsisten? Pertanyaan itu hingga kini belum terjawab, bahkan setelah pergantian pelatih dan penambahan amunisi baru.
Trio Mahal yang Belum Memberi Hasil
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5325989/original/056465100_1756068903-AP25236726542965.jpg)
Menjelang di tutupnya bursa transfer, Juventus mendatangkan Lois Openda untuk menambah daya gedor. Ia bergabung dengan Dusan Vlahovic dan Jonathan David—kombinasi yang di atas kertas terlihat menjanjikan. Ketiganya d iyakini mampu menghadirkan variasi dan kedalaman di lini depan. Namun, kenyataannya di lapangan jauh dari ekspektasi awal.
Minimnya gol membuat para pendukung kebingungan, terlebih mengingat kemampuan individu tiap striker yang tak di ragukan. Serangan Juventus kerap menunjukkan kilasan potensi, tetapi kurang tenang dan kehilangan ritme di momen-momen krusial. Akibatnya, produktivitas yang rendah menjadi salah satu penyebab utama menurunnya performa tim dalam beberapa pekan terakhir.
Mandulnya Striker, Fenomena yang Meluas di Serie A
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5371613/original/068239100_1759703010-Christian_Pulisic.jpg)
Meski Juventus menjadi contoh paling mencolok, persoalan ini ternyata tak hanya terjadi di Turin. Berdasarkan laporan Tuttomercatoweb, daftar pencetak gol terbanyak Serie A musim ini justru menunjukkan fenomena yang tidak biasa. Riccardo Orsolini memimpin dengan lima gol meski bukan seorang striker. Christian Pulisic menyusul di posisi kedua, sementara Kevin De Bruyne—gelandang serang—berada di peringkat ketiga.
Pola ini menunjukkan tren yang lebih luas di Serie A: para penyerang belum mampu memberikan dampak sebesar peran mereka biasanya. Ketajaman kini justru banyak datang dari lini kedua dan pemain sayap. Bagi Juventus, situasi ini menjadi pengingat bahwa masalah mereka bukan hanya pada nama besar di lini depan, tetapi juga soal keseimbangan dan kreativitas tim secara keseluruhan.
Kini, tugas berat menanti manajemen dan pelatih baru Bianconeri. Mereka harus menemukan cara agar para pemain depan kembali produktif, sembari membuka ruang bagi kontribusi gol dari lini tengah. Sebab, dalam sepak bola modern, kemenangan tak lagi hanya bergantung pada striker—melainkan pada kemampuan seluruh tim untuk berbagi beban mencetak gol.