🌇 Awal yang Menggetarkan Janda Cantik Pemikat Para Brondong
LintasFakta.Info – Sore itu, Raina melangkah keluar dari mobil hitamnya dan menatap langit oranye di atas gedung tinggi Jakarta. Angin sore mengibaskan rambut panjangnya, sementara sinar matahari terakhir menyentuh kulitnya dengan lembut. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati aroma kota yang sibuk namun hidup.
Sudah tiga tahun berlalu sejak Raina kehilangan suaminya. Namun, ia tidak membiarkan kesedihan menguasai hidupnya. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk bangkit, membangun bisnis, dan menemukan versi terbaik dirinya.
Malam itu, ia menghadiri pesta peluncuran galeri seni temannya. Begitu Raina melangkah ke aula, semua mata langsung tertuju padanya. Gaun hitam elegannya membungkus tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan aura anggun yang sulit diabaikan.
Sementara musik lembut mengalun, beberapa pria muda berbisik di sudut ruangan, membicarakan dirinya. Raina menangkap tatapan mereka, tapi tetap tersenyum tenang. Ia tahu bagaimana efek kehadirannya di ruangan seperti ini — dan malam itu, ia menikmati setiap detiknya.
🌹 Pesona yang Menyala Janda Cantik Pemikat Para Brondong
Tak lama kemudian, Aldo, pelatih kebugaran yang terkenal karismatik, mendekatinya lebih dulu. Ia menyodorkan segelas minuman sambil tersenyum percaya diri.
“Kamu tahu,” katanya santai, “semua orang di sini berhenti bicara saat kamu datang.”
Raina tersenyum ringan. “Kalau begitu, mungkin aku harus minta maaf karena mengganggu suasana,” jawabnya.
Percakapan mereka mengalir cepat, penuh tawa kecil dan tatapan saling menantang. Namun, di sisi lain ruangan, dua pria muda lain memperhatikan mereka dengan minat: Dion, fotografer yang memuja seni, dan Raka, pengusaha muda dengan aura tenang dan mata yang tajam.
Sementara Aldo berusaha mengesankan Raina dengan humor, Dion mengangkat kameranya, menangkap momen saat cahaya lampu menyinari wajah Raina. Raka, sebaliknya, diam dan mengamati — tapi justru diamnya itulah yang menarik perhatian Raina.
Setiap kali Raka memandangnya, Raina merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan. Ada ketenangan sekaligus tantangan di balik sorot matanya.
✨ Ketertarikan yang Tumbuh
Beberapa hari setelah pesta itu, Raina menerima pesan pendek di ponselnya.
“Aku tidak bisa berhenti memikirkan senyummu malam itu.”
Pesan itu datang dari Raka.
Raina membaca pesan itu berulang kali, lalu tersenyum samar. Ia tahu betapa mudahnya pria tertarik padanya, tetapi Raka berbeda. Pesannya tidak berlebihan, tidak mencoba terlalu keras — justru sederhana dan tulus.
Sejak malam itu, percakapan mereka berlanjut setiap hari. Kadang Raka mengirim foto pemandangan pagi dari kantornya, kadang ia hanya menanyakan kabar Raina dengan cara yang hangat. Raina, yang biasanya menjaga jarak, mulai membalas dengan ringan.
Sementara itu, Aldo terus berusaha menemuinya di pusat kebugaran, dan Dion mengajaknya jadi model foto untuk proyek pribadinya. Mereka semua mencoba mendekat, tapi hanya Raka yang masuk lebih dalam — bukan lewat rayuan, melainkan perhatian kecil yang konstan.
“Kamu tahu,” kata Raina suatu malam di telepon, “orang sering mengira aku kuat, padahal kadang aku juga lelah.”
“Mungkin karena kamu terlalu sering menenangkan orang lain,” jawab Raka cepat.
Kata-kata itu membuat Raina terdiam sejenak. Ia tidak menyangka seseorang bisa membaca dirinya sedalam itu.
🌃 Malam di Balkon
Malam berikutnya, Raina berdiri di balkon apartemennya. Lampu kota berkilau di bawahnya, dan udara malam terasa lembut di kulitnya. Ia mengingat percakapan dengan Raka, lalu menatap ponselnya yang tergeletak di meja.
Notifikasi berbunyi. Pesan baru dari Raka muncul:
“Aku ingin melihatmu, tanpa alasan. Hanya karena aku ingin memastikan kamu baik-baik saja.”
Raina menatap layar itu lama, lalu mengetik balasan dengan hati-hati.
“Kamu selalu tahu cara membuat seseorang tersenyum.”
Percakapan itu berlanjut hingga larut malam. Suasana di antara mereka hangat, intens, tapi lembut. Di tengah kesunyian kota, Raina merasakan sesuatu yang telah lama hilang — debaran kecil yang dulu pernah ia kenal.
💫 Awal dari Api yang Menyala
Hari-hari berikutnya berjalan cepat. Raina dan Raka mulai bertemu lebih sering — kadang untuk makan malam, kadang hanya untuk berbicara di kafe sederhana. Setiap kali mereka bertemu, tatapan mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata.
Sementara itu, Aldo dan Dion semakin gelisah. Mereka tahu Raina mulai condong ke arah Raka, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mau menyerah. Persaingan diam-diam mulai muncul, dan Raina merasa hidupnya kembali berwarna.
Namun, di balik semua perhatian itu, Raina masih berhati-hati. Ia tahu, pesona bisa menipu, dan cinta bisa melukai. Tapi kali ini, ia ingin berani — karena setiap detik bersama Raka membuatnya merasa hidup kembali.
❤️ To Be Continued…
Raina tidak lagi bersembunyi di balik kesempurnaan. Ia melangkah maju, menghadapi dunia dan hatinya sendiri.
Dan di antara tiga pria muda yang berusaha menaklukkannya, hanya satu yang berhasil menyalakan kembali api cinta yang lama padam di dalam dirinya.