
Happy Asian fat woman enjoy eating delicious hamburger on living room.
Makan terlalu cepat dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan masalah pencernaan.
Kebiasaan makan ternyata bisa memengaruhi kesehatan tubuh, lho. Banyak orang sering terburu-buru makan karena jadwal padat, sementara yang lain memilih menikmati makanan dengan perlahan.
Lalu, pertanyaannya: makan cepat atau makan lambat, mana lebih sehat? Topik ini sering dicari karena erat kaitannya dengan pencernaan, berat badan, hingga risiko penyakit tertentu.
Apa Itu Makan Cepat dan Makan Lambat?
Sebelum membandingkan, penting untuk tahu dulu perbedaannya. Makan cepat biasanya berarti menghabiskan makanan dalam waktu kurang dari 10 menit. Orang yang terbiasa makan cepat cenderung mengunyah lebih sedikit dan langsung menelan makanan.
Sementara itu, makan lambat berarti menghabiskan makanan dalam waktu 20–30 menit. Saat makan lambat, kamu memberi kesempatan tubuh untuk mengunyah dengan baik dan memberi sinyal kenyang ke otak.
Manfaat Makan Lambat bagi Tubuh
Banyak penelitian membuktikan bahwa makan lambat punya dampak positif bagi kesehatan. Jadi, ketika membahas makan cepat atau makan lambat, mana lebih sehat, jawabannya lebih condong ke makan lambat. Beberapa manfaatnya antara lain:
- Membantu kontrol berat badan
Makan lambat memberi waktu bagi hormon leptin (hormon kenyang) untuk bekerja. Hasilnya, kamu cenderung tidak makan berlebihan. - Meningkatkan pencernaan
Dengan mengunyah lebih lama, makanan jadi lebih mudah diurai oleh enzim pencernaan. Hal ini mengurangi risiko kembung, refluks, atau gangguan lambung. - Mengurangi risiko sindrom metabolik
Studi menunjukkan bahwa orang yang makan terlalu cepat lebih berisiko mengalami obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. - Menikmati rasa makanan lebih baik
Saat makan lambat, kamu lebih bisa menikmati aroma, rasa, dan tekstur makanan, sehingga pengalaman makan jadi lebih menyenangkan.
Risiko Makan Terlalu Cepat
Kalau membandingkan makan cepat atau makan lambat, mana lebih sehat, maka makan cepat jelas punya risiko. Beberapa di antaranya adalah:
- Mudah kelebihan kalori
Otak butuh waktu sekitar 20 menit untuk menerima sinyal kenyang. Kalau kamu makan cepat, kemungkinan besar akan makan lebih banyak sebelum tubuh menyadari sudah kenyang. - Masalah pencernaan
Mengunyah makanan terlalu sedikit bisa membuat lambung bekerja ekstra keras, sehingga meningkatkan risiko kembung, nyeri perut, hingga asam lambung naik. - Risiko obesitas lebih tinggi
Studi dari Journal of the Academy of Nutrition and Di etetics menunjukkan bahwa orang yang makan cepat memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih tinggi di banding mereka yang makan lambat. - Gangguan metabolik
Makan cepat di kaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, yang mencakup tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan kolesterol tidak normal.
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Kondisi ini adalah penyakit kompleks yang tidak hanya di sebabkan oleh pola makan yang buruk, tidak aktif secara fisik, atau kurangnya kemauan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Faktanya, faktor lingkungan dan gaya hidup juga berperan. Misalnya, kebiasaan makan terlalu cepat telah di pelajari sebagai faktor risiko potensial terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas.
Sebuah tinjauan juga menemukan bahwa pemakan cepat kira-kira dua kali lebih mungkin mengalami obesitas, di bandingkan dengan pemakan lambat.
Obesitas bahkan di katakan sebagai dampak jangka panjang dari kebiasaan makan terlalu cepat. Namun, ternyata obesitas bukan cuma dampak negatif satu-satunya.
Tips Agar Bisa Makan Lebih Lambat
Kalau kamu terbiasa makan cepat, jangan khawatir. Ada beberapa cara sederhana agar bisa melatih diri makan lebih lambat:
- Kunyah setiap suapan 20–30 kali
Ini membantu makanan lebih halus sebelum masuk ke lambung. - Letakkan sendok/garpu di sela suapan
Cara ini memberi jeda agar kamu tidak terburu-buru. - Fokus pada makanan, bukan gadget
Hindari makan sambil main HP atau menonton TV karena bisa bikin kamu makan lebih cepat tanpa sadar. - Gunakan porsi kecil
Dengan porsi kecil, kamu lebih mudah mengontrol kecepatan makan. - Minum air putih di sela makan
Ini membantu memperlambat tempo sekaligus mendukung pencernaan.
Kesimpulan
Jadi, makan cepat atau makan lambat, mana lebih sehat? Jawabannya jelas: makan lambat jauh lebih baik untuk kesehatan tubuh.
Selain membantu mengontrol berat badan, makan lambat juga meningkatkan pencernaan, mengurangi risiko penyakit, dan membuat pengalaman makan lebih menyenangkan.
Kalau kamu masih sering makan cepat, cobalah ubah kebiasaan dengan tips sederhana di atas.
Ingat, pola makan sehat bukan cuma soal apa yang kamu makan, tapi juga bagaimana cara kamu makan.